Jika kamu merasa hampa setiap bangun tidur. Ketika kamu merasa, untuk apa sih perlu bangun tidur, toh nanti akan tidur lagi. Ketika kamu merasa kamu bagaikan robot yang mengulang-ulang serangkaian rutinitas tanpa ada berbagai emosi lagi di dalamnya menjalankannya, dingin dan hampa.
Jika kamu merasa putus asa. Bagai peribahasa, mati segan hidup tak mau. Itu salah satu gejalanya. Enggan melakukan berbagai hal, karena merasa akan selalu gagal. Tidak ada keinginan untuk mencari jawaban atas permasalahan hidup karena merasa “yang dulu-dulu juga gagal”.
Gejala selanjutnya adalah hilang minat dan inisiatif dalam keseharian. Coba ceklah diri sendiri, adakah pernah mengalami hilang minat. Misal: dulunya paling antusias hunting makanan jika ada cafe baru, kini enggan diajak ke mana-mana. Diajak hunting makanan, enggan. Diajak ke toko buku, tidak ada semangat. Diajak berolahraga juga tak pernah mood. Inisiatif pun hilang, bukan berkurang! Lebih baik kurang inisiatif daripada hilang sama sekali. Jika kehujanan misalnya, enggan untuk buka payung. “Biar saja tubuh basah, toh tak ada yang peduli mau tubuh ini basah atau tidak.”
Gairah kerja menurun. Jika sebelumnya selalu bisa memenuhi tenggat waktu pengumpulan laporan, kini jangankan ingin mengumpulkan laporan tepat waktu, untuk mengerjakannya saja tak ada semangat. Karena yang bekerja hanyalah fisiknya saja, tak ada makna, hati, atau pun semangat di sana.
Kondisi kepribadian ini dikembangkan berdasarkan teori kepribadian Victor Frankl. Dalam penelitiannya, ia menyebutkan bahwa yang membuat seseorang tetap ‘hidup’ adalah bukan hanya karena cukup makan, sandang, papan, atau uang. Tapi yang membuat seseorang tetap ‘hidup’ adalah semangat hidupnya. Nah, semangat hidup ini ada jika seseorang memiliki makna hidup.