Dampak dari tekanan online ini bisa merusak kesehatan mental kita. Kita jadi terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain, merasa nggak cukup, dan akhirnya jadi insecure. Rasa cemas, stres, bahkan depresi bisa muncul karena kita merasa harus terus-menerus mengejar standar kesuksesan yang nggak realistis itu. Kita jadi lupa sama kelebihan diri sendiri dan sibuk melihat rumput tetangga yang terlihat lebih hijau, padahal belum tentu sehijau itu.
Selain itu, banyak dari pencitraan di media sosial itu sifatnya instan dan sementara. Ada yang viral karena sensasi sesaat, bukan karena kualitas yang berkelanjutan. Ada yang sukses karena kebetulan atau keberuntungan, bukan semata-mata kerja keras. Kalau kita cuma mengejar "viral" atau "instan", kita jadi lupa sama nilai-nilai penting seperti ketekunan, konsistensi, dan proses membangun sesuatu yang otentik.
Terus, gimana dong caranya biar kita nggak gampang terjebak sama euforia pencapaian viral yang menyesatkan ini? Pertama, sadari bahwa media sosial itu hanyalah sebuah platform untuk berbagi, bukan cerminan 100% dari realitas. Orang cenderung hanya menunjukkan sisi terbaik dari hidup mereka. Jadi, jangan bandingkan dirimu dengan highlight reel orang lain.
Kedua, fokus pada sukses versi sendiri. Setiap orang punya jalan dan definisi sukses yang berbeda. Mungkin sukses buatmu adalah punya keluarga harmonis, bisa work-life balance, atau punya waktu untuk hobi. Nggak perlu mengikuti standar yang ditetapkan oleh orang lain. Temukan apa yang benar-benar membuatmu bahagia dan merasa puas.