Untuk memenuhi kebutuhan protein, ia merekomendasikan sumber protein nabati seperti lentil, kacang polong, buncis, kedelai, serta biji-bijian seperti chia seed dan biji labu. Meski protein hewani seperti daging dan telur tetap dapat dikonsumsi, namun porsi protein nabati sebaiknya ditingkatkan karena dianggap lebih aman dan minim risiko inflamasi.
Ikan laut seperti salmon, tuna, dan sarden juga dianjurkan karena mengandung DHA (docosahexaenoic acid), asam lemak omega-3 yang penting dalam mendukung perkembangan otak janin sejak masa awal kehamilan.
Di sisi lain, konsumsi lemak jenuh dan lemak trans seperti yang ditemukan dalam makanan cepat saji, makanan ringan kemasan, produk panggang komersial, serta kentang goreng dan mayones, sangat tidak disarankan. Lemak sehat yang baik untuk program IVF bisa diperoleh dari sumber alami seperti minyak zaitun, kacang-kacangan, alpukat, dan minyak biji anggur, yang diyakini membantu menjaga kestabilan hormon dan meningkatkan kualitas sel telur.
Selain nutrisi makro, asupan mikronutrien juga harus diperhatikan secara saksama. Dr. Sahana menekankan pentingnya asam folat, Vitamin B6, dan Vitamin B12 yang berperan dalam mendukung pertumbuhan otak janin dan mencegah kelainan tabung saraf. Sumber terbaik dari vitamin tersebut dapat diperoleh melalui sayuran berdaun hijau, buah-buahan, dan aneka jenis kacang.
Kecukupan Vitamin D juga tidak kalah penting karena berkaitan dengan kualitas sel telur yang diproduksi tubuh. Asupan vitamin ini bisa dipenuhi melalui produk olahan susu, telur, paparan sinar matahari pagi, serta suplemen tambahan bila diperlukan. Antioksidan lain seperti Vitamin C, Vitamin E, zinc, kalsium, magnesium, dan selenium juga sangat dibutuhkan untuk menjaga kualitas sperma dan kesehatan sistem reproduksi secara keseluruhan.