Setelah melakukan mandi junub, umat Muslim bisa melanjutkan ibadah puasa dan beraktivitas seperti biasa. Ini termasuk melaksanakan salat, membaca Al-Qur'an, dan menjalani berbagai ibadah lainnya dengan penuh khusyuk. Hal ini selaras dengan ajaran Islam yang mengutamakan kebersihan dan kesucian dalam beribadah.
Di sisi lain, penting untuk memahami alasan di balik kepastian ini. Allah tidak memberikan aturan atau hukum Islam bagi mereka yang sedang tidur. Kebanyakan orang tidak dapat mengendalikan mimpi atau kondisi fisiknya saat beristirahat. Dalam hal ini, para ulama mengajukan argumen bahwa orang yang tidur sama dengan orang yang hilang akal, sehingga mereka dikecualikan dari semua aturan dan hukum Islam.
Mimpi basah biasanya terjadi saat seseorang berada dalam fase tidur nyenyak yang dikenal sebagai tidur REM (Rapid Eye Movement), di mana tubuh mengalami relaksasi mendalam, dan aktivitas otak meningkat. Pada fase ini, mimpi dapat menjadi sangat realistis sehingga bisa membawa seseorang kepada keadaan tersebut. Ini adalah proses yang sepenuhnya alami, dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan mengenai keabsahan puasa akibat fenomena ini.
Mimpi basah sering kali dihubungkan dengan perubahan hormonal dan fisik seiring berkembangnya usia pria. Di masa remaja atau dewasa awal, kondisi ini lebih umum terjadi seiring dengan peningkatan libido dan pengalaman seksual yang mungkin baru dirasakan. Namun, mimpi ini tidak selalu berkaitan dengan dorongan seksual yang nyata; terkadang, mimpi basah juga bisa terjadi tanpa adanya pemicu seksual yang jelas dalam kenangan atau pikiran seseorang.
Bagi yang merasa cemas mengenai mimpi basah, penting untuk menyikapinya dengan tenang. Rasakan kondisi ini sebagai bagian dari pertumbuhan dan pemahaman diri. Islam mengajarkan umatnya untuk tidak merasa terlalu tertekan atau khawatir mengenai hal-hal yang di luar kontrol mereka. Yang terpenting adalah tetap fokus pada ibadah dan memelihara hubungan spiritual dengan Allah.