Selain teknik jeda dan pernapasan, ia juga merekomendasikan agar seseorang berusaha menyeimbangkan diri dengan berinteraksi bersama orang-orang terdekat. Percakapan ringan, membahas hal-hal lucu, atau berbagi cerita menyenangkan dapat menjadi sarana pelepas emosi yang menenangkan hati sekaligus meredakan ketegangan. Upaya sederhana seperti ini bisa membantu seseorang mengembalikan keseimbangan emosionalnya setelah seharian bergulat dengan banjir informasi di media sosial.
Lebih jauh, Nena juga mengajak masyarakat untuk berani melakukan “puasa digital” atau mengistirahatkan diri dari paparan konten negatif. Mengurangi waktu bermain media sosial dan menggantinya dengan aktivitas yang lebih sehat, seperti olahraga, berjalan santai, atau kegiatan kreatif lainnya, diyakini dapat membantu menyalurkan energi secara lebih konstruktif. Dengan begitu, tubuh dan pikiran tidak hanya terpaku pada layar gawai yang kerap kali menjadi sumber rasa lelah, tetapi justru bisa mendapatkan pengalaman yang menyehatkan dan menyegarkan.
Fenomena ini semakin relevan mengingat belakangan ini banyak lini masa media sosial dipenuhi dengan berita-berita yang melelahkan, mulai dari kasus operasi tangkap tangan pejabat, kejahatan kriminal, hingga kerusuhan akibat demonstrasi. Tidak sedikit warganet yang mengaku jenuh dan lelah dengan derasnya informasi mengejutkan yang datang setiap hari, bahkan berharap agar kondisi Indonesia segera membaik. Situasi ini menegaskan bahwa masyarakat memang membutuhkan kesadaran baru untuk melindungi kesehatan mentalnya dari paparan konten yang berlebihan.