Di tengah derasnya arus informasi yang datang silih berganti setiap detik, terutama dari media sosial, masyarakat sering kali tidak sadar bahwa paparan berita dan informasi negatif bisa berdampak serius pada kesehatan mental. Psikolog Klinis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wangaya Kota Denpasar, Nena Mawar Sari, menekankan pentingnya sikap selektif dalam mengonsumsi informasi. Menurutnya, kunci utama agar tidak terjebak dalam lingkaran stres yang disebabkan oleh banjir berita negatif adalah dengan melakukan filter atau penyaringan informasi. Informasi yang berseliweran di media sosial tidak semuanya bermanfaat, bahkan sebagian justru bisa memicu rasa kewalahan, kecemasan, dan akhirnya berkembang menjadi masalah kesehatan mental yang lebih kompleks.
Nena mengingatkan, masyarakat sebaiknya berfokus hanya pada informasi yang benar-benar berguna dan bisa memberikan nilai tambah bagi perkembangan diri. Ia menegaskan, berita atau informasi yang tidak membawa manfaat justru berisiko menumpuk dalam pikiran dan menimbulkan rasa sesak, sehingga alih-alih menambah wawasan, yang terjadi justru penurunan kualitas kesehatan mental. Ia pun memberi penekanan bahwa kesehatan pribadi, baik mental maupun fisik, jauh lebih berharga daripada sekadar mengikuti arus informasi yang belum tentu relevan atau berdampak positif.
Bagi individu yang sudah terlanjur terpapar oleh berita-berita negatif, Nena menyarankan untuk mengambil jeda sejenak dari aktivitas yang sedang dilakukan. Langkah sederhana seperti mengatur ritme napas dengan lebih perlahan dapat membantu menenangkan diri sekaligus memberi ruang bagi otak untuk menimbang, apakah informasi tersebut layak dipikirkan lebih lanjut atau justru lebih baik dilepaskan. Teknik jeda ini, menurutnya, efektif dalam mencegah akumulasi stres yang sering kali terjadi karena pikiran dipaksa menerima terlalu banyak stimulus negatif dalam waktu singkat.