Selain itu, faktor lingkungan sekitar juga berpengaruh. Mendengarkan lagu sambil ngobrol, bekerja, atau di tempat bising akan mengalihkan fokus. Otak kita tidak bisa sepenuhnya memproses lirik, dan akhirnya mengisi kekosongan dengan kata-kata yang paling mirip secara fonetis. Kata-kata yang terdengar serupa, tapi maknanya berbeda, adalah resep sempurna untuk salah dengar.
Bias Kognitif dan Pengalaman Pribadi
Salah dengar lirik juga bisa dipengaruhi oleh bias kognitif dan pengalaman pribadi kita. Misalnya, jika kita baru saja mengalami putus cinta, kita mungkin lebih cenderung mendengar lirik-lirik sedih, bahkan jika lirik aslinya tidak seperti itu. Otak kita memproyeksikan emosi dan pengalaman kita ke dalam lirik, menciptakan makna yang relevan dengan kondisi psikologis kita.
Faktor bahasa juga sangat penting. Seseorang yang tidak terlalu mahir berbahasa Inggris, misalnya, akan lebih sering salah dengar lirik lagu berbahasa Inggris. Otak mereka mencoba mencocokkan suara asing dengan kosakata bahasa Inggris yang mereka tahu, yang mungkin terbatas. Alhasil, muncullah lirik-lirik yang aneh, lucu, atau tidak masuk akal. Ini menunjukkan bahwa pemahaman konteks dan bahasa adalah kunci untuk menafsirkan lirik dengan benar.
Mondegreens: Lebih dari Sekadar Salah Dengar
Istilah "mondegreens" sendiri berasal dari sebuah artikel yang ditulis oleh Sylvia Wright pada tahun 1954. Ia mengenang masa kecilnya ketika salah mendengar baris lagu "The Ballad of Bonnie Earl O' Moray" dari Skotlandia. Alih-alih mendengar "layd him on the green", ia selalu mendengar "Lady Mondegreen". Sejak itu, istilah ini digunakan untuk merujuk pada salah dengar lirik lagu atau puisi.