Efek Primasi dan Resensi: Posisi Nama yang Sulit Diingat
Selain masalah perhatian, posisi nama juga berperan besar. Dalam sebuah percakapan, nama sering diucapkan di awal sekali. Ini berkaitan dengan dua konsep psikologi memori: efek primasi (primacy effect) dan efek resensi (recency effect).
Efek Primasi: Kita cenderung lebih mudah mengingat informasi yang datang di awal sebuah daftar atau rangkaian.
Efek Resensi: Kita juga lebih mudah mengingat informasi yang datang di akhir sebuah daftar.
Nah, di tengah-tengah antara awal dan akhir, informasi cenderung lebih sulit diingat. Saat berkenalan, nama biasanya diucapkan di awal, tapi seringkali perhatian kita belum sepenuhnya siap. Setelah nama diucapkan, kita langsung masuk ke informasi lain: dari mana, kerja di mana, dan lain-lain. Informasi baru ini dengan cepat menimpa dan menggantikan nama yang baru saja kita dengar.
Jika kita tidak mengulang nama itu atau menggunakannya dalam percakapan, nama tersebut akan menjadi "korban" dari aliran informasi yang masuk setelahnya. Lain halnya dengan orang yang memperkenalkan dirinya di akhir percakapan, yang mungkin akan lebih mudah kita ingat karena terkena efek resensi.
Memori Asosiatif dan Kurangnya Koneksi
Otak kita bekerja secara asosiatif. Untuk mengingat sesuatu, kita biasanya mengaitkannya dengan informasi lain yang sudah kita miliki. Wajah seseorang, misalnya, bisa kita kaitkan dengan fitur-fitur uniknya. Namun, nama seringkali merupakan informasi yang terisolasi. Nama seperti "Budi" atau "Dini" tidak memiliki banyak kaitan dengan pengetahuan atau pengalaman lain yang kita miliki tentang orang tersebut.
Ketika kita bertemu orang baru, wajahnya langsung terasosiasi dengan ekspresi, suara, dan hal-hal lain yang kita lihat. Tapi nama? Nama hanya sekumpulan bunyi yang belum punya konteks apa-apa. Otak kita kesulitan menemukan "pengait" yang kuat untuk menyimpan nama itu bersama dengan informasi visual dan sensorik lainnya. Akibatnya, nama itu berdiri sendiri di memori dan mudah terlepas.