"Untuk itu saya mohon kepada Bapak SBY jujur, beliau tahu perkara saya ini. Cerita, apa yang beliau alami dan beliau perbuat," ujar Antasari Azhar di Kantor Bareskrim Polri, Jakarta, pada Selasa 14 Februari 2017 (Sumber: http://nasional.kompas.com/read/2017/02/14/13562011/antasari.saya.mohon.bapak.sby.jujur.cerita.apa.yang.beliau.perbuat)
Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu menyebutkan, Susilo Bambang Yudhoyono yang saat itu menjabat Presiden mengetahui persis kasus pembunuhan bos Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen yang menjerat dirinya.
Karuan saja “serangan” Antasari yang dilancarkan hanya sehari atau beberapa jam jelang tahap pemungutan suara Pilkada DKI Jakarta 2017 mengagetkan publik. Serangan dadakan Antasari itu juga menyasar Calon Gubernur DKI Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang merupakan putra sulung dari SBY.
Sepertinya, kubu AHY tidak siap dengan serangan “blitz” Antasari. Kubu AHY yang dikenal dijejali oleh banyak pakar, termasuk ahli komunikasi, tidak sanggup mempertahankan zona pertahanannya dari yang dibombardir lewat media arus utama dan media sosial.
Akibatnya, hanya dalam beberapa jam, elektabilitas AHY anjlok tajam. Dan, ujung-ujungnya, AHY harus melepas cita-citanya sebagai pemimpin Ibu Kota Jakarta.
Apa yang salah pada kubu AHY yang di-back up oleh Cikeas yang merupakan “veteran” dalam sejumlah Pemilu sejak 2004?
Jawabannya, karena kubu AHY tidak melakukan atau tidak mampu mematahkan serangan Antasari. Dari pengamatan media, baik itu media arus utama maupun media sosial, yang dilakukan kubu AHY justru melancarkan serangan balik kepada Antasari.
Salahnya, kubu AHY menyerang balik Antasari dengan memanfaatkan “kasus” perselingkuhan Antasari dengan seorang caddy golf. “Kasus” ini, bisa dibilang, sudah menjadi barang rongsok sebab adanya peristiwa tersebut sudah menjadi rahasia umum.
Karena, hanya menggunakan “peluru” lawas, serangan kubu AHY menjadi tidak berdampak sama sekali. Sementara, serangan Antasari yang menggunakan isu yang belum pernah diberitakan sebelumnya mampu menghentak.