http://www.kompasiana.com/gatotswandito/pendongeng-hitam-pengakuan-intel-belanda-yang-bertato-mawar-di-betisnya-tentang-kematian-munir_580479a48823bd931a7fdfac
https://www.inspirasi.co/gatotswandito/3301_kasus-mirna-mirip-kasus-pembunuhan-munir-akankah-jessica-di-pollicarpus-kan-)
Dalam kontestasi Pemilu DKI Jakarta 2017, tidak ada satu pun tim sukses pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat yang membantah tudingan bahwa pemda DKI gagal mengatasi kemacetan ibu kota. Padahal untuk membantahnya penilaian ini sangat mudah. Misalnya dengan mem-posting artikel http://www.kompasiana.com/gatotswandito/soal-macet-jakarta-siapa-pantas-menilai_552a5d5bf17e615901d62419 ini.
Sebaliknya, ketika hampir seluruh media memberitakan bahwa Ahok sulit dikalahkan atau. Pemberitaan tersebut bersumber dari rilis survei CSIS, sebuah lembaga survei tersohor. Tetapi, dari rilis survei yang sama, muncul opini http://www.kompasiana.com/gatotswandito/siapa-bilang-ahok-bakal-menang-mudah-dalam-pilgub-dki-2017-nanti_56a83a45b09273590f803808 yang berbeda 180 derajat.
Persoalannya, banyak tim sukses yang tidak siap dengan dua jenis kampanye ini. Bahkan, tidak sedikit tim sukses, termasuk pendukung non tim sukses, yang justru melakukan blunder fatal saat mencoba melawan serangan kampanye negatif dan kampanye hitam.
Di tambah lagi, dengan jumlah penduduk 250 juta dan 70 % di antaranya merupakan pengguna media sosial, maka kesalahan sedikit saja dalam berkampanye dapat berdampak buruk. Hal ini disebabkan kemampuan internet yang dapat memviralkan sebuah konten dengan cepat.
Di sinilah setiap kontestan pemilu membutuhkan penulis opini yang sanggup mematahkan kampanye negatif dan hitam serta menjungkirbalikkan persepsi publik.