Dalam konteks ini, kita perlu mempertimbangkan perbedaan antara siklus air laut dan siklus air tawar. Di daratan, air dapat bercampur dengan elemen lain yang terdapat di tanah dan batuan, tetapi saat penguapan terjadi, elemen padat ini tersisa di lokasi tersebut. Selain itu, aliran air tawar dari sungai yang sebagian besar berasal dari curah hujan dan aliran air tanah akan membawa air kembali ke laut, tetapi dengan konsentrasi garam yang sangat rendah. Ini menjelaskan mengapa air sungai tetap segar dan tidak asin.
Perbedaan lainnya terdapat pada ekosistem masing-masing. Lautan membentuk ekosistem yang sangat kompleks, di mana salinitas memainkan peran penting dalam mendukung kehidupan. Organisme laut, seperti ikan, krustasea, dan ganggang, telah beradaptasi dengan lingkungan yang kaya garam, sehingga kadar garam dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan mereka. Di sisi lain, ekosistem sungai lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti vegetasi, aliran air, dan sedimentasi, yang tidak memiliki konsentrasi garam yang sama.
Ada juga faktor geologis yang mempengaruhi rasa asin air laut. Proses geologis seperti erosi akan mengakibatkan mineral dan garam dari batuan di darat terbawa ke sungai, kemudian menuju laut. Erosi ini adalah fenomena yang berlangsung selama ribuan tahun, akhirnya menyebabkan terakumulasinya garam dalam jumlah besar di lautan. Tanpa proses penyuapan dan erosi ini, air laut mungkin tidak akan memiliki kadar garam yang tinggi.