Sikap ini sering kali menghambat proses self-improvement atau perbaikan diri. Ketika seseorang tidak mau mendengar kritik, mereka melewatkan kesempatan untuk belajar dan tumbuh. Proses self-improvement memerlukan keterbukaan untuk menerima umpan balik, baik yang positif maupun yang negatif. Tanpa keinginan untuk belajar dari informasi baru, individu berisiko stagnasi dalam cara berpikir dan perilaku.
Dalam beberapa kasus, orang yang merasa terancam oleh kritik berusaha membenarkan diri mereka dengan mencari-cari alasan atau menyalahkan faktor eksternal. Misalnya, mereka mungkin berkata, "Orang itu hanya iri pada keberhasilan saya," atau "Mereka tidak tahu apa yang saya alami." Penolakan untuk menerima kritik ini tidak hanya menghambat perkembangan pribadi, tetapi juga dapat mengganggu hubungan interpersonal. Ketika seseorang tidak dapat menerima kritik, rekan kerja, teman, atau anggota keluarga mungkin merasa frustasi dan enggan untuk memberikan umpan balik di masa mendatang.
Kritik juga bisa dianggap sebagai cermin yang menunjukkan aspek-aspek dari diri kita yang mungkin tidak kita sadari. Namun, banyak orang memiliki ketakutan mendalam terhadap pengakuan kelemahan atau kesalahan. Rasa takut ini dapat berkaitan dengan norma sosial yang mengajarkan bahwa kita harus selalu tampil sempurna. Semakin besar rasa takut ini, semakin sulit bagi mereka untuk menerima kritik yang berbeda dari yang telah mereka anggap.