Fenomena menurunnya minat untuk menikah telah menjadi perhatian serius di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya penurunan yang signifikan dalam jumlah perkawinan selama enam tahun terakhir.
Bahkan, penurunan yang paling mencolok terjadi dalam tiga tahun terakhir, dengan angka pernikahan yang menyusut hingga 2 juta dari tahun 2021 hingga 2023. Hal ini membuat Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (KPK) Wihaji menduga bahwa alasan utama di balik fenomena ini adalah faktor ekonomi.
Menurut Wihaji, banyak anak muda yang merasa cemas akan masa depan mereka di tengah kondisi ekonomi yang tidak stabil. Mereka khawatir tidak akan mampu memenuhi kebutuhan finansial untuk membesarkan keluarga. Akibatnya, banyak dari mereka cenderung untuk fokus pada membangun karier daripada menikah.
Wihaji mengungkapkan, "Ekonomi sudah ada, tapi belum yakin. Jangan-jangan nanti saya punya anak enggak bisa ini itu, jangan-jangan enggak bisa menyekolahkan, jangan-jangan pas kesehatan ini saya enggak bisa. Jadi ingin survive. Tapi, ke-survive-an ini membuat ketakutan sendiri," seperti yang dikutip dari CNN Indonesia.