Meski begitu, Abdul Hakam tetap mengimbau masyarakat untuk tidak sembarangan mengonsumsi ekstrak daun pegagan tanpa pengawasan dokter. Suplemen herbal ini hanya berfungsi sebagai pendamping, bukan sebagai pengganti obat utama. Penggunaan yang tidak sesuai anjuran medis dikhawatirkan dapat menimbulkan efek samping atau mengganggu efektivitas pengobatan utama.
Ke depan, penelitian lebih lanjut diharapkan dapat dilakukan dalam skala lebih luas dan lintas usia. Selain memperkuat bukti ilmiah, hal ini juga dapat membuka jalan bagi masuknya ekstrak daun pegagan dalam protokol pengobatan TB nasional sebagai terapi pendamping yang terstandar. Jika dikembangkan secara serius, potensi ini dapat memperkuat ketahanan farmasi nasional berbasis sumber daya alam lokal.
Selain mendukung keberhasilan terapi TB, pendekatan pengobatan dengan ekstrak herbal seperti daun pegagan juga menjadi peluang untuk meningkatkan penerimaan pasien terhadap pengobatan. Dengan memperkenalkan unsur-unsur tradisional yang sudah dikenal masyarakat, pasien cenderung lebih kooperatif dalam menjalani proses terapi jangka panjang. Hal ini tentu sangat penting dalam meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan TB yang seringkali membutuhkan waktu cukup lama.