Selain itu, tubuh yang tidak mendapat asupan pada pagi hari akan memasuki “mode kelaparan” di mana energi cenderung disimpan, bukan dibakar. Proses ini memperlambat pencernaan dan membuat tubuh kurang efisien dalam mengolah makanan. Dampaknya, seseorang berisiko mengalami kembung, sembelit, atau gangguan buang air besar akibat melemahnya fungsi saluran cerna.
Kebiasaan melewatkan sarapan juga dapat mengacaukan ritme pencernaan yang sudah terbentuk. Padahal, pasokan makanan yang teratur membantu menjaga aliran nutrisi ke usus dan mendukung kesehatan mikrobioma usus. Ketika ritme ini terganggu, rasa tidak nyaman seperti perut penuh atau gangguan pencernaan bisa lebih sering muncul.
Dr. Surakshith menambahkan, efek jangka pendek dari melewatkan sarapan biasanya terlihat pada waktu makan siang atau malam. Rasa lapar yang menumpuk membuat seseorang cenderung mengonsumsi porsi besar sekaligus, yang justru mengiritasi sistem pencernaan. Pola ini dapat memperburuk masalah seperti perut kembung, asam lambung naik, hingga gangguan pencernaan kronis.