Selain itu, mereka juga mungkin menggunakan gaslighting, yaitu taktik manipulasi di mana mereka membuat orang lain mempertanyakan kewarasan atau ingatan mereka sendiri. Contohnya, saat dituduh berbuat salah, mereka akan berkata, "Kamu terlalu sensitif," atau "Itu tidak pernah terjadi, kamu yang mengada-ada." Pola komunikasi semacam ini sangat merusak mental, membuat korban merasa tidak stabil, cemas, dan kehilangan rasa percaya diri.
Kurangnya Empati dan Hanya Peduli pada Diri Sendiri
Orang problematik cenderung memiliki empati yang rendah atau bahkan tidak sama sekali. Mereka sulit memahami atau peduli dengan perasaan orang lain. Fokus utama mereka adalah diri mereka sendiri, kebutuhan mereka, dan keinginan mereka. Mereka mungkin akan meremehkan masalah orang lain atau bahkan merasa cemburu saat orang lain mendapatkan perhatian.
Dalam sebuah pertemanan atau hubungan, mereka akan selalu memutar percakapan kembali ke diri mereka sendiri. Cerita tentang kesuksesan orang lain akan mereka respons dengan cerita tentang pencapaian mereka sendiri yang lebih hebat. Mereka juga mungkin sulit memberikan dukungan emosional saat orang lain membutuhkannya, karena mereka tidak terbiasa menempatkan diri di posisi orang lain. Hubungan dengan mereka terasa berat dan satu arah, di mana kita terus memberi tanpa pernah menerima kembali.
Sering Menciptakan Drama dan Konflik
Hidup bersama orang problematik sering kali diwarnai drama dan konflik yang tidak perlu. Mereka seperti magnet yang menarik masalah. Kadang, mereka bahkan secara tidak sadar menciptakan ketegangan, baik itu dengan gosip, mengadu domba, atau memprovokasi pertengkaran. Mereka mungkin merasa nyaman berada dalam situasi kacau, atau menggunakan drama sebagai cara untuk mendapatkan perhatian atau mengalihkan perhatian dari masalah mereka sendiri.