Pengambilan Keputusan Sepihak dan Kurangnya Suara Perempuan
Dalam rumah tangga patriarkal, pengambilan keputusan sering kali menjadi hak prerogatif laki-laki. Mulai dari hal kecil seperti memilih tempat tinggal hingga keputusan besar seperti pendidikan anak, suara perempuan seringkali dikesampingkan atau bahkan diabaikan. Perempuan diharapkan untuk tunduk dan menerima keputusan yang dibuat tanpa partisipasi aktif.
Kurangnya suara perempuan dalam rumah tangga bisa memicu berbagai masalah. Perempuan mungkin merasa tidak dihargai, frustrasi, dan tidak memiliki kontrol atas hidupnya sendiri. Keputusan yang dibuat secara sepihak juga berpotensi tidak optimal karena hanya mempertimbangkan satu sudut pandang. Padahal, sebuah keluarga yang sehat membutuhkan kerja sama dan diskusi terbuka dari kedua belah pihak, di mana setiap pendapat dihargai dan dipertimbangkan.
Kontrol Keuangan dan Ketergantungan Perempuan
Patriarki juga seringkali menempatkan laki-laki sebagai pengontrol tunggal keuangan keluarga. Perempuan mungkin tidak memiliki akses penuh terhadap pendapatan, bahkan jika mereka juga bekerja. Kondisi ini menciptakan ketergantungan ekonomi yang membuat perempuan rentan. Dalam situasi konflik atau kekerasan, ketergantungan ini seringkali menjadi alasan mengapa perempuan sulit meninggalkan hubungan yang tidak sehat.
Di sisi lain, laki-laki juga bisa tertekan oleh peran ini. Beban finansial yang sepenuhnya berada di pundak mereka bisa memicu stres dan kecemasan. Mereka mungkin merasa tidak bisa menunjukkan kelemahan atau kesulitan, karena peran sebagai "pencari nafkah" adalah identitas utama yang harus mereka pertahankan. Hal ini menciptakan lingkaran toksik yang merugikan semua anggota keluarga.