Sering kali, kata dia, orangtua masih menganggap anaknya sebagai sosok yang harus selalu diarahkan dan dikontrol. Padahal, setelah menikah, anak perlu diberi ruang untuk mandiri dan menjalani kehidupan barunya bersama pasangan. Terlebih, anak laki-laki biasanya membutuhkan ruang untuk menunjukkan kepemimpinannya dalam keluarga baru tersebut.
“Campur tangan yang terlalu berlebihan dari orangtua bisa membuat anak merasa kehilangan kemandirian, baik dalam hubungan dengan istri maupun dalam mengambil keputusan keluarga,” tambahnya. Oleh karena itu, menurut Sukmadiarti, peran orangtua sebaiknya lebih sebagai pemberi masukan, bukan sebagai pengambil keputusan utama.
Di sisi lain, ia juga mengingatkan bahwa anak dan menantu perlu tetap terbuka menerima saran dan pengalaman dari orangtua sebagai bahan pertimbangan dalam membangun rumah tangga. “Orangtua memberikan nasihat, tapi keputusan akhir tetap di tangan pasangan,” tegas Sukmadiarti.