Uniqlo, perusahaan ritel fesyen asal Jepang, tengah menghadapi badai kritik yang meluas di China. Kritik tersebut muncul setelah Tadashi Yanai, CEO Fast Retailing yang menaungi Uniqlo, menyatakan bahwa perusahaan tersebut tidak mengambil kapas dari wilayah Xinjiang di ujung barat China. Pernyataan tersebut muncul dalam sebuah wawancara dengan British Broadcasting Corporation (BBC) pada Kamis (28/11/2024).
Dalam wawancara tersebut, Yanai awalnya menjawab pertanyaan BBC tentang penggunaan kapas dari wilayah tersebut dengan menyatakan, "Kami tidak menggunakan," sebelum kemudian menahan diri dan menyatakan bahwa dia tidak ingin melanjutkan jawabannya karena dianggap "terlalu politis."
Dampak dari pernyataan CEO Uniqlo tersebut sangat langsung terlihat. Pada Jumat (29/11/2024), laporan wawancara tersebut viral di platform media sosial China Weibo. Sejumlah pengguna mengecam perusahaan tersebut, bahkan beberapa di antaranya mengancam untuk tidak lagi membeli produk Uniqlo.
Salah satu pengguna Weibo menyatakan, "Dengan sikap seperti ini dari Uniqlo, dan pendiri mereka yang begitu arogan, mereka mungkin bertaruh bahwa konsumen daratan akan melupakannya dalam beberapa hari dan terus membeli." Permasalahan ini menjadi penting karena wilayah Xinjiang dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap penduduk Uighur.