Tampang.com | Bisnis thrift shop atau penjualan pakaian bekas impor tengah naik daun, terutama di kalangan Gen Z dan milenial. Di satu sisi, gaya hidup ini dinilai ramah lingkungan dan ekonomis. Namun di sisi lain, UMKM fashion lokal justru menjerit karena kehilangan pasar.
Gaya Hidup Hemat dan Unik, Tapi Konsekuensinya Tak Sederhana
Pakaian thrift menawarkan harga murah dan model unik, bahkan bermerek internasional. Tak heran banyak anak muda lebih memilih belanja di toko thrift daripada membeli produk baru dari brand lokal.
“Beli di thrift bisa dapat jaket branded asli cuma Rp70 ribu. Kalau beli lokal bisa dua kali lipat, tapi kualitas belum tentu lebih baik,” kata Yana, mahasiswa di Bandung.
UMKM Lokal Kian Sulit Bersaing
Para pelaku UMKM fashion lokal merasa semakin sulit menjual produknya. Mereka menghadapi tantangan harga, daya beli, serta selera konsumen yang mulai bergeser ke produk secondhand impor.