Dalam hal ini, terdapat banyak pihak yang memiliki pandangan berbeda terkait dengan penurunan impor dan dampaknya terhadap ekonomi Indonesia. M. Habibullah, Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, menuturkan bahwa penurunan impor terutama terjadi pada sektor kendaraan, besi dan baja, serta mesin dan peralatan. Namun, dibutuhkan analisis lebih lanjut untuk menentukan apakah pelemahan impor ini menjadi tanda ekonomi RI sedang melemah.
Surplus neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2024 mencapai US$2,93 miliar, yang berasal dari selisih ekspor US$ 22,33 miliar dan impor US$ 19,40 miliar. Meskipun begitu, nilai impor pada bulan yang sama naik secara bulanan sebesar 14,40%, namun menurun secara year-on-year sebesar 8,83%. Jika dilihat dari perspektif tahun kalender, nilai impor Januari-Mei juga mengalami penurunan sebesar 0,42%. Sementara itu, ekspor Indonesia secara kumulatif mengalami penurunan sebesar 3,52%, namun secara year-on-year masih positif 2,86%.
Dari hasil data tersebut, terlihat bahwa kinerja ekspor dan impor memang sedang mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini tentu akan berdampak pada perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Oleh karena itu, diperlukan perhatian ekstra dari para pihak terkait, baik pemerintah maupun pelaku ekonomi, untuk mengambil langkah-langkah yang tepat guna menjaga stabilitas ekonomi Indonesia kedepannya. Semua pihak harus bersinergi untuk memastikan bahwa penurunan impor tidak berdampak negatif terlalu dalam terhadap kestabilan ekonomi Indonesia.