“Selama ini banyak startup hidup dari bakar uang, bukan dari keuntungan nyata. Begitu pendanaan tersendat, bisnisnya limbung,” ungkap Silvia Wulandari, analis ekonomi digital.
Startup yang dulunya dianggap “unicorn masa depan” kini harus merestrukturisasi operasional karena tak mampu menutupi biaya tinggi, terutama untuk sumber daya manusia.
Pasar Mulai Jenuh, Persaingan Tak Lagi Sehat
Industri digital yang semula terbuka dan kompetitif kini mulai menunjukkan tanda-tanda kejenuhan. Produk dan layanan yang ditawarkan sebagian besar bersifat serupa, hanya dibedakan oleh strategi promosi dan gimmick pemasaran.
“Ketika semua aplikasi menawarkan hal yang mirip, pasar tidak bisa menyerap semuanya. Yang bertahan hanya yang benar-benar punya nilai tambah,” jelas Silvia.
Kondisi ini membuat persaingan antar startup jadi tidak sehat. Potongan harga berlebihan dan promo tanpa henti bukan hanya membakar modal, tapi juga merusak struktur pasar yang sehat.
Ekosistem Digital Harus Direformasi