Tampang.com | Setelah euforia pertumbuhan startup selama pandemi, kini Indonesia menghadapi kenyataan pahit: gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal di berbagai perusahaan teknologi. Dari sektor e-commerce, edutech, hingga fintech, satu demi satu startup lokal melakukan perampingan besar-besaran.
Pertanyaannya, apakah ini gejala normal dari ekosistem yang sedang matang, atau justru bukti bahwa ekonomi digital kita dibangun di atas model yang rapuh?
PHK Massal Tersebar Luas, Tapi Minim Transparansi
Sepanjang 2024, setidaknya 15 startup besar di Indonesia telah melakukan PHK dalam jumlah besar. Nama-nama yang sebelumnya dielu-elukan karena valuasinya kini bergulat dengan efisiensi biaya dan arus kas yang tersendat.
Namun, banyak perusahaan tidak transparan terkait alasan PHK. Para pekerja sering kali hanya diberi pemberitahuan mendadak, tanpa kejelasan hak dan skema pesangon.
“Ekonomi digital kita tampaknya tumbuh terlalu cepat, tapi tidak dibarengi dengan kedewasaan manajerial dan keberlanjutan bisnis,” ujar Indah Purnamasari, analis industri digital dari TechnoVox.