Selain itu, kebijakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) AS, kebijakan Bank Sentral Eropa, serta perkembangan ekonomi domestik juga menjadi faktor penting dalam pergerakan nilai tukar rupiah. Pasar valuta asing (valas) menjadi sangat responsif terhadap setiap perubahan kebijakan dan kondisi ekonomi global maupun domestik.
Perdagangan global yang dipenuhi ketidakpastian seiring dengan ketegangan perdagangan antara AS dan China telah menciptakan tekanan terhadap sebagian besar mata uang utama di dunia, termasuk rupiah. Hal ini memberikan sinyal bagi pelaku pasar untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi, terutama dalam hal perdagangan valas.
Sebagai sebuah negara dengan ekonomi yang sangat tergantung pada ekspor, Indonesia harus memperhatikan pergerakan rupiah terhadap dolar AS dengan cermat. Pelemahan nilai tukar rupiah dapat memengaruhi daya saing produk ekspor Indonesia di pasar internasional dan memberikan dampak langsung terhadap kinerja ekspor, yang sangat berpengaruh pada perekonomian nasional.
Meskipun demikian, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter di Indonesia, terus berupaya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan pasar keuangan dalam negeri dengan melakukan intervensi valas yang tepat dan kebijakan moneter yang akomodatif. Langkah-langkah ini dapat memberikan dukungan dalam menjaga ketahanan ekonomi Indonesia di tengah gejolak ekonomi global.
Peningkatan ketegangan perdagangan antara AS dan China juga memunculkan ketidakpastian yang tidak hanya dirasakan oleh pasar mata uang, namun juga pada pasar-pasar finansial lainnya, termasuk pasar saham dan obligasi. Dalam menghadapi kondisi ini, kebijakan fiskal dan moneter yang tepat dari pemerintah dan bank sentral sangat penting untuk menjaga stabilitas perekonomian dalam negeri.