Harga emas kembali mendapatkan perhatian di tengah ekspektasi penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS) pada bulan September dan karena meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Harga emas spot naik sebesar 0,5% menjadi US$2.397,65 (atau setara dengan Rp 39,07 juta) per ons pada hari Senin (29/7). Sementara itu, harga kontrak emas berjangka AS juga mengalami kenaikan sebesar 0,7%, mencapai titik US$2.396,70 (atau setara dengan Rp 39,05 juta) per ons.
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Bank Sentral AS direncanakan akan mengadakan pertemuan pada tanggal 30-31 Juli mendatang, dan diprediksi akan mempertahankan suku bunga acuannya di kisaran 5,25%-5,50%. Namun, data pekerjaan AS yang menunjukkan penurunan di bulan Juni, ditambah dengan komentar dari pejabat tinggi The Fed, telah mendorong pasar suku bunga berjangka untuk sepenuhnya memperhitungkan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin yang diantisipasi akan terjadi pada bulan September.
Menurut laporan Reuters, logam mulia secara historis terkenal dengan stabilitasnya sebagai lindung nilai terhadap risiko geopolitik dan ekonomi, dan tumbuh subur di lingkungan dengan tingkat suku bunga yang rendah. Hal ini memberikan pijakan bahwa aksi-aksi geopolitik di dunia internasional dapat mendorong naiknya harga emas.