Tidak hanya terkait dengan konsumsi, kelas menengah juga mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan. Banyaknya otomatisasi di berbagai sektor lapangan kerja membuat para kelas menengah kurang percaya diri dengan kemampuannya mencari pekerjaan yang lebih baik. Hal ini menciptakan kekhawatiran akan keberlangsungan pekerjaan mereka dan membuat mereka lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi barang.
Menurut sejumlah data dari ekonom, terjadi penurunan proporsi kelas menengah di Indonesia setelah pandemi Covid-19. Pada tahun 2019, proporsi kelas menengah masih mencapai 21% dari populasi, namun turun menjadi 17% pada tahun 2023. Terjadi pula peningkatan dalam jumlah masyarakat yang masuk kelompok aspiring middle class (AMC) atau calon kelas menengah, serta kelas rentan. Hal ini diduga terjadi karena banyak warga kelas menengah yang terdampak dan jatuh miskin akibat dinamika yang terjadi selama pandemi Covid-19.
Dalam hal ini, Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) meminta pemerintah menunda penerapan PPN 12% pada 2025 dan program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) yang mulai efektif berlaku pada 2027. Alphonzus Widjaja, Ketua Umum APPBI, meyakini bahwa kebijakan-kebijakan tersebut akan memberikan efek domino bagi perekonomian. Oleh karena itu, pengusaha dan konsumen secara bersama-sama akan terpukul oleh kebijakan tersebut.