Harga emas kembali mencetak rekor tertinggi, mencapai level psikologis baru sebesar US$2.576/troy ons. Kenaikan ini dipengaruhi oleh prospek pemangkasan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) setelah rilis data tenaga kerja yang menunjukkan kestabilan, serta inflasi yang masih cenderung melandai.
Berdasarkan data klaim awal untuk tunjangan pengangguran mingguan yang dirilis Departemen Tenaga Kerja AS, tercatat naik 2.000 menjadi 230.000 pada periode pekan yang berakhir 7 September 2024. Sementara itu, indeks harga produsen (PPI) untuk permintaan akhir naik 0,2% pada bulan Agustus, melebihi estimasi pertumbuhan sebesar 0,1%. Angka inti, yang tidak termasuk harga pangan dan energi, juga naik 0,3%, melampaui perkiraan 0,2%.
Meskipun begitu, hasil rilis data inflasi konsumen atau indeks harga konsumen (CPI) AS periode Agustus menunjukkan pertumbuhan yang baik. Pada basis tahunan, terjadi peningkatan sebesar 2,5%, lebih baik dari ekspektasi yang sebelumnya berharap tumbuh 2,6% dari bulan sebelumnya yang sebesar 2,9%.
Menariknya, pembelian emas oleh bank sentral dalam jumlah besar menjadi salah satu faktor utama yang mendorong kenaikan harga emas. Data dari World Gold Council (WGC) menyebutkan bahwa hingga Juli 2024, sejumlah negara terus mengumpulkan emas.
Turki menjadi negara dengan pembelian emas paling besar selama tujuh bulan pertama tahun ini, yakni sebesar 48,5 ton. Disusul oleh India dengan 42,6 ton, kemudian Polandia dan China masing-masing dengan jumlah 33 dan 28,9 ton.