Saat bepergian ke luar negeri, salah satu hal yang paling menarik perhatian para pengemudi adalah perbedaan posisi setir mobil. Di Indonesia, setir mobil berada di sebelah kanan dan lalu lintas bergerak di sisi kiri jalan. Namun, di sebagian besar negara di Amerika, Eropa, dan bahkan sebagian besar dunia, posisinya justru terbalik. Setir ada di kiri dan kendaraan melaju di sisi kanan jalan. Perbedaan ini bukan sekadar masalah teknis atau desain, melainkan hasil dari sejarah panjang, kebiasaan sosial, dan kebijakan yang telah berlangsung berabad-abad.
Warisan Sejarah dari Masa Lalu yang Berbeda
Asal mula perbedaan ini bisa ditelusuri jauh ke masa lampau, sebelum adanya mobil. Dahulu, transportasi utama adalah kereta kuda atau bahkan berjalan kaki di jalanan. Di sebagian besar dunia kuno, terutama di Eropa, orang-orang umumnya memilih untuk berjalan di sisi kiri jalan. Ada alasan praktis dan keamanan di baliknya, terutama bagi mayoritas orang yang menggunakan tangan kanan.
Saat berjalan di sisi kiri jalan, orang yang menggunakan tangan kanan akan lebih mudah untuk menarik pedang dari pinggang mereka jika bertemu lawan. Begitu juga dengan para penunggang kuda. Penunggang kuda dengan pedang di tangan kanan akan lebih siap untuk bertarung jika bertemu lawan dari arah berlawanan, atau jika ada gerombolan penjahat di jalan. Jadi, bergerak di sisi kiri adalah standar yang logis untuk perlindungan diri.
Namun, muncul pengecualian yang signifikan di Prancis. Pada masa Revolusi Prancis, Napoleon Bonaparte mengubah aturan ini. Ia memerintahkan pasukannya untuk berjalan di sisi kanan jalan. Tujuannya adalah untuk menentang tradisi feodal yang identik dengan kaum bangsawan yang berjalan di sisi kiri. Strategi ini berhasil, dan ketika Napoleon menaklukkan sebagian besar Eropa, ia membawa kebiasaan berkendara di sisi kanan bersamanya. Kebiasaan ini kemudian menyebar ke banyak negara yang pernah berada di bawah pengaruh Prancis, termasuk Jerman, Italia, dan Spanyol.