Pabrik BYD ini merupakan salah satu proyek otomotif terbesar di kawasan ASEAN, dengan nilai investasi mencapai Rp 11,7 triliun. Pada fase awal, fasilitas ini ditargetkan memproduksi 150.000 unit mobil listrik per tahun dan menciptakan lebih dari 18.800 lapangan kerja.
VinFast Juga Alami Tekanan Serupa
Tak hanya BYD, produsen mobil listrik asal Vietnam, VinFast, juga dikabarkan mengalami gangguan serupa. Proyek senilai 200 juta dolar AS yang sedang dibangun di kawasan industri yang sama turut menjadi sasaran.
Ketua Umum Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia, Moeldoko, mengonfirmasi kabar tersebut dan mengaku telah melakukan komunikasi langsung dengan para pemimpin daerah untuk menyelesaikan masalah tersebut.
“VinFast juga melaporkan gangguan. Saya telah membantu dengan berkomunikasi langsung ke pemerintah daerah,” ungkap Moeldoko.
Pemerintah Tegaskan Komitmen Hadapi Premanisme
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menekankan bahwa pemerintah tidak akan mentoleransi premanisme, terlebih ketika menyangkut iklim investasi yang sedang dibangun.
“Premanisme tidak boleh terjadi, karena akan mengganggu upaya kita menciptakan iklim investasi yang sehat,” tegas Agus di Kompleks Parlemen, Selasa (30/4/2025).
Senada, Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan P. Roeslani mengungkapkan bahwa pemerintah telah menerima sejumlah laporan dari investor terkait gangguan ormas. Ia memastikan bahwa masalah ini telah ditindaklanjuti melalui koordinasi lintas institusi, termasuk dengan pihak kepolisian.