Menurut Erick, KCJB telah memberikan dampak positif dalam peningkatan jumlah wisatawan dan pertumbuhan ekonomi di daerah. Ia mengungkapkan bahwa kereta cepat ini telah memberikan kontribusi sebesar Rp86,5 triliun untuk PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Jakarta dan Jawa Barat dalam rentang waktu 2019-2023.
Namun, proyek Whoosh kemudian menjadi sorotan publik setelah diduga menjadi penyebab sejumlah BUMN mengalami kerugian, termasuk PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). Namun, isu ini dibantah oleh Kementerian BUMN. Menurut Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga, investasi WIKA pada proyek Whoosh masih bersifat awal dan belum memberikan keuntungan secara langsung.
Arya menyampaikan bahwa kerugian baru terjadi jika proyek Whoosh dinyatakan batal. Ia menjelaskan bahwa setiap investasi memerlukan waktu untuk berkembang, dan saat ini bisnis Whoosh justru menunjukkan peningkatan. Frekuensi perjalanan Whoosh telah mencapai 40 perjalanan per hari dari target 60 perjalanan, sementara okupansi penumpang meningkat mencapai 21.000 penumpang dari target 30.000 penumpang per hari.
Perlu dicatat bahwa proyek Whoosh digarap oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), sebuah perusahaan patungan antara konsorsium BUMN, PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), dan konsorsium perusahaan perkeretaapian China, Beijing Yawan HSR Co.Ltd dengan skema business to business (B2B). Konsorsium BUMN yang terlibat dalam pembangunan Whoosh antara lain PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) atau PTPN, PT Jasa Marga (Persero) Tbk, dan PT KAI (Persero).