Selain itu, Bayu juga menyoroti perbedaan dalam cara budi daya petani, seperti perbedaan skala pertanian, perbedaan kesuburan antar petak sawah, dan berbagai aspek lainnya yang berkaitan dengan teknis pertanian. Menurutnya, pengalaman sukses di Cina tidak selalu dapat ditransfer begitu saja ke Indonesia, terutama di Kalimantan Tengah.
Dalam hal ini, Bayu berpendapat bahwa proyek penanaman tersebut sebaiknya tidak langsung dilakukan secara luas. Sebaliknya, perlu dilakukan uji coba dan piloting dengan demplot terlebih dahulu agar bisa mengetahui apakah bibit dari Cina cocok dengan kondisi lingkungan di Kalimantan Tengah atau tidak. Peran akademisi dan lembaga riset dianggap sangat penting dalam memikirkan solusi terbaik untuk menghadapi tantangan ini.
Bayu juga menyatakan harapannya agar pihak-pihak terkait dapat memperhatikan apakah bibit dari Cina bisa tumbuh dan berkembang dengan baik di Indonesia, serta menghasilkan produktivitas yang tinggi seperti di Cina. Jika bibit tersebut terbukti sesuai dengan kondisi riil di lapangan, maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan skala produksi.
Di sisi lain, Luhut Binsar Pandjaitan telah menyatakan bahwa China merupakan negara yang sukses dalam mencapai swasembada beras. Oleh karena itu, pemerintah meminta China untuk melakukan transfer teknologi pertanian ke Indonesia. Rencananya, kerja sama tersebut akan diimplementasikan dalam penggarapan 1 juta hektare lahan di Kalimantan Tengah secara bertahap.