Kondisi di mana BI dipaksa untuk bertindak sesuai dengan keinginan politik dapat menyebabkan ketidakstabilan. Ketika suku bunga ditekan turun untuk memenuhi tuntutan jangka pendek, risiko inflasi dapat meningkat. Sementara itu, jika BI mengambil langkah-langkah untuk menstabilkan ekonomi, keinginan politik untuk mendapatkan dukungan pemilih mungkin terabaikan. Dalam situasi seperti ini, tantangan bagi BI adalah menemukan keseimbangan antara menjaga independensi dan memenuhi harapan politik.
Di satu sisi, intervensi politik dalam keputusan suku bunga dapat menciptakan ketidakpastian di kalangan investor dan pelaku pasar. Ketidakpastian ini dapat menghambat investasi, yang pada gilirannya mengganggu pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, jika BI sepenuhnya terpisah dari politik, ia dapat dianggap tidak peka terhadap kebutuhan masyarakat dan situasi ekonomi yang lebih luas. Oleh karena itu, interaksi antara bank sentral dan politik perlu ditangani dengan hati-hati agar tidak mengganggu stabilitas ekonomi.
Bank Indonesia juga menghadapi tantangan dari luar, terutama dalam konteks globalisasi dan perubahan ekonomi global. Pergerakan pasar internasional, termasuk perubahan suku bunga di negara lain, dapat memengaruhi kebijakan BI. Dalam situasi ini, tekanan untuk melakukan intervensi bisa semakin meningkat, terutama jika nilai tukar Rupiah berfluktuasi tajam. Intervensi politik untuk menjaga nilai tukar dapat berlawanan dengan kebijakan moneter yang diperlukan untuk menjaga inflasi.