Di malam yang tenang, ketika cahaya bulan hanya menguntai tipis di langit yang gelap, bintang-bintang berkelap-kelip seperti lampu-lampu kecil yang menghiasi kanvas semesta. Sejak zaman dahulu, manusia menatap titik-titik cahaya ini dengan penuh rasa keajaiban, berusaha menafsirkan kisah di balik rasi-rasi yang ada dan mempelajari cara membaca arah yang mereka tunjukkan. Para pelaut di masa lalu mengandalkan bintang sebagai kompas setia, membimbing mereka melintasi samudera yang luas dan misterius.
Namun, bukan hanya manusia yang memanfaatkan cahaya bintang untuk menemukan jalan. Berbagai hewan, seperti burung migran, singa laut yang mengeksplorasi lautan, hingga kumbang kotoran dan ngengat, juga memiliki kemampuan luar biasa untuk menavigasi dengan mengikuti petunjuk kosmik ketika matahari tidak lagi menjadi acuan.
Dalam penelitian terbaru, para ilmuwan menemukan bahwa sebagian hewan dapat menggunakan bintang untuk mempertahankan jalur mereka, meskipun banyak pertanyaan tetap belum terjawab. Bagaimana mata mereka mampu melihat langit berbintang? Apa yang terjadi di dalam otak mereka saat menafsirkan "peta" di langit? Dan adaptasi unik apa yang memungkinkan kemampuan ini? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini masih tersimpan di balik kilauan bintang.