Di sisi belanja, realisasi anggaran juga melambat dengan penurunan sebesar 5,1 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Belanja pemerintah pusat turun 7,6 persen menjadi Rp 546,8 triliun, sementara transfer ke daerah naik tipis 0,7 persen menjadi Rp 259,4 triliun. Turunnya belanja pusat didorong oleh penurunan signifikan belanja Kementerian dan Lembaga (K/L) sebesar 16,6 persen.
Sri Mulyani menegaskan bahwa kondisi ini menggambarkan kemampuan APBN untuk tetap menjaga stabilitas ekonomi nasional, dengan menjadi instrumen yang responsif dan adaptif di tengah tantangan global. APBN juga berperan sebagai peredam guncangan ekonomi sekaligus melindungi masyarakat dan menopang kegiatan dunia usaha.
Selain surplus anggaran, keseimbangan primer APBN juga positif sebesar Rp 173,9 triliun, yang berarti pendapatan negara masih mampu menutupi belanja di luar pembayaran bunga utang. Posisi kas negara pun tetap kuat dengan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) mencapai Rp 283,6 triliun.