Ironisnya, 90% kecelakaan terjadi dalam cuaca baik, bukan saat kabut, hujan, atau gelap. Bahkan 81% kecelakaan terjadi di jalur resmi yang ditandai, bukan di trek liar.
Jadi, banyak pendaki mengalami kecelakaan meskipun sudah berada di jalur yang benar dan cuaca cerah, menandakan bahwa faktor internal seperti kelelahan dan overconfidence sangat berpengaruh.
Perbedaan Risiko antara Pria dan Wanita
Data statistik menunjukkan bahwa wanita lebih sering mengalami kecelakaan pendakian secara keseluruhan, namun mayoritas bersifat ringan. Mereka menyumbang 55% insiden tak fatal, namun hanya 28% dari kecelakaan yang berujung kematian.
Sebaliknya, pria lebih dominan dalam kecelakaan fatal, terutama karena lebih sering menjelajah jalur off-trail (luar jalur resmi) yang jauh lebih berisiko.
Kronologi Tragedi Juliana Marins di Gunung Rinjani
Juliana Marins diketahui jatuh pada Sabtu pagi, 21 Juni 2025, di sekitar titik Cemara Nunggal, saat sedang dalam perjalanan menuju puncak Gunung Rinjani. Setelah dinyatakan hilang, pencarian langsung dilakukan oleh tim SAR gabungan.
Pada Senin, 23 Juni, sekitar pukul 06.30 WITA, korban terpantau melalui drone dalam kondisi tak bergerak, tersangkut di tebing berbatu pada kedalaman sekitar 500 meter.
Tim penyelamat mencoba menurunkan dua personel ke lokasi korban dan mencari titik pembuatan anchor kedua pada kedalaman 350 meter. Sayangnya, medan penuh overhang (tebing menjorok) menyulitkan pemasangan alat, sehingga tim harus melakukan panjat tebing manual.
Namun kondisi kabut tebal dan medan ekstrem memaksa penarikan tim rescue demi keselamatan. Evakuasi manual menjadi terlalu berisiko.
Helikopter Jadi Harapan Terakhir