Pada awalnya, pohon Natal diperlakukan sebagai tumbuhan aslinya, di mana pohon pinus atau cemara menjadi pilihan utama. Namun, seiring dengan berkembangnya teknologi dan industri pada abad ke-19, pohon Natal buatan dari logam, kertas, dan plastik mulai diproduksi. Pada zaman Victoria, pohon Natal menjadi simbol kehangatan dan kegembiraan dalam keluarga, terutama setelah didekorasi dengan beragam ornamen khas Natal.
Di Indonesia, tradisi pohon Natal juga mulai diperkenalkan oleh para misionaris dari Eropa pada abad ke-16. Meskipun pada awalnya kurang diterima, namun seiring dengan berjalannya waktu, pohon Natal mulai menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Natal di Indonesia. Keberadaannya menjadi salah satu simbol pluralitas budaya di Indonesia yang dihormati oleh masyarakat dengan berbagai latar belakang agama.
Pohon Natal, sehingga, telah menjadi simbol harapan dan kegembiraan dalam menghadapi musim dingin di berbagai belahan dunia. Hal ini juga melambangkan perpaduan antara tradisi paganisme kuno dengan nilai-nilai kekristenan yang menjadi dasar perayaan Natal. Kini, pohon Natal tidak hanya menjadi hiasan, tetapi membawa makna kehangatan dan persatuan bagi keluarga dan masyarakat pada umumnya dalam menyambut perayaan Natal.