Selain itu, peningkatan tarif cukai hasil tembakau yang diterapkan pada awal tahun 2024 juga menjadi kontributor utama. Kebijakan tersebut tidak hanya mendongkrak pendapatan negara, tetapi juga diharapkan mampu menekan konsumsi rokok di masyarakat.
Pencapaian penerimaan Rp300,2 triliun ini melampaui target sementara yang ditetapkan dalam Perpres sebesar Rp296 triliun. Dengan realisasi ini, DJBC berhasil memberikan kontribusi signifikan terhadap total penerimaan negara.
"Kami tidak hanya sekadar memenuhi target, tetapi juga terus berupaya memberikan hasil yang lebih baik dari tahun ke tahun. Komitmen kami adalah memastikan bahwa penerimaan negara dapat mendukung pembiayaan pembangunan nasional secara optimal," tambah Nirwala.
Meski berhasil mencatatkan kinerja gemilang, DJBC tetap menghadapi berbagai tantangan. Salah satu yang menjadi perhatian adalah meningkatnya modus operandi pelanggaran kepabeanan yang semakin kompleks. Nirwala mengakui bahwa DJBC harus terus meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) serta mengadopsi teknologi canggih untuk mengatasi tantangan tersebut.
Selain itu, tantangan dari perlambatan ekonomi global juga perlu diantisipasi, karena dapat memengaruhi volume perdagangan internasional. Namun, Nirwala optimis bahwa dengan penguatan sinergi antarinstansi serta dukungan masyarakat, DJBC mampu menjaga kinerjanya di masa depan.