Kisah seputar karomah ulama yang dijuluki sulthanul awaliya atau rajanya para wali, yakni Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani menghiasi beberapat literatur klasik, utamanya yang membahas tentang tasawuf.
Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani tersohor kealiman dan diyakini memiliki banyak karomah. Di masa mudanya, beliau banyak menimba ilmu dari para guru yang ahli dalam bidangnya.Rupanya, tak hanya dunia sufi yang digelutinya. Beliau juga merupakan ulama ahli dalam beberapa disiplin ilmu seperti Al-Quran, hadis dan juga fikih.
Meski demikian, beliau selalu bersikap tawadlu dan sangat menghormati guru-gurunya. Sikap inilah yang menjadikan beliau mendapat gelar agung rajanya para wali.Lain halnya dengan kedua temannya bernasib mengenaskan karena sifat ujub dan sombong. Nasib mengenaskan apa yang menimpa kedua teman Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani? Simak kisahnya sampai selesai.
Mendatangi Seorang Syaikh yang Merupakan Wali Kutub
Saat Syekh Abdul Qadir Al-Jailani masih muda, ada kisah ajib. Ketika beliau sedang bersama dua temannya, Ibnu Saqo dan Ibrahim, mereka asyik ngobrol tentang seorang syekh yang alim, bahkan disebut sebagai wali Quthub Rabbaniy bahkan konon katanya memiliki karomah bisa menghilang. Semua orang di zaman itu selalu mendatangi syekh tersebut untuk meminta berkah, doa dan sebagainya.Lalu Syekh Abdul Qodir muda dan dua temannya juga tidak mau ketinggalan. Namun sebelum mereka berangkat terjadi dialog antara ketiganya, kira apa yang akan mereka lakukan saat bertemu syekh sepuh tersebut.
Ibnu Saqo berkata: Aku akan mengajukan pertanyaan yang tidak mungkin bisa dijawab oleh syekh sepuh itu, sehingga orang-orang nanti bakal memuji aku bahwa aku lebih hebat dari syekh sepuh itu. Kemudian Ibrahim juga mengucapkan bahwa: Saya akan menguji keilmuanya.Sementara Syekh Abdul Qadir muda mengingatkan agar mereka tidak sombong dan jangan ujub. Saat Syekh Abduk Qadir ditanya, beliau menjawab: Saya hanya ingin berziarah, tabarrukan dan ingin mendapatkan doa restu dari Syekh sepuh tersebut.