Matahari adalah pusat dari sistem tata surya, sumber utama energi bagi seluruh kehidupan di Bumi. Tanpa kehadirannya, tidak akan ada cahaya, panas, atau fotosintesis yang memungkinkan tumbuhan dan makhluk hidup lainnya berkembang. Namun, siapa sangka bahwa Matahari ternyata sudah berusia sekitar 5 miliar tahun, yang berarti telah memasuki fase paruh baya atau middle age dalam siklus hidupnya sebagai bintang.
Berdasarkan penelitian astrofisika dan simulasi kosmik jangka panjang, usia tua Matahari ternyata membawa konsekuensi besar yang tidak bisa dihindari. Para ilmuwan meyakini bahwa kondisi ini akan berdampak pada stabilitas planet-planet di sekitarnya, terutama Bumi yang saat ini menjadi satu-satunya planet yang dihuni oleh kehidupan.
Salah satu dampak besar dari proses penuaan Matahari adalah perubahan intensitas radiasi yang dihasilkan. Dalam waktu sekitar 600 juta tahun dari sekarang, para peneliti memperkirakan bahwa Bumi tidak lagi bisa menjadi tempat layak huni bagi tumbuhan. Kondisi iklim ekstrem akan mengganggu proses fotosintesis, sehingga rantai makanan alami akan hancur secara perlahan. Ekosistem yang selama ini menopang kehidupan manusia dan hewan akan mulai runtuh.
Laporan ilmiah yang diterbitkan oleh IFLScience pada Senin (31/3/2025) menyebutkan bahwa dalam kurun waktu 1 miliar tahun ke depan, Matahari akan mengalami peningkatan suhu sekitar 10% lebih panas dari sekarang. Peningkatan ini tidak hanya sekadar membuat Bumi lebih hangat, tetapi menciptakan efek rumah kaca yang tidak bisa dikendalikan oleh atmosfer. Lautan di permukaan Bumi akan menguap secara perlahan, meninggalkan daratan yang kering dan tandus.