Tampang

Konflik di Myanmar Yang Menghalangi Proyek Ambisius China

29 Sep 2024 20:09 wib. 188
0 0
Konflik di Myanmar Yang Menghalangi Proyek Ambisius China
Sumber foto: Google

“Rezim telah kehilangan kendali atas hampir seluruh negara bagian Shan utara kecuali wilayah Muse, yang berada tepat di sebelah Ruili."

Ruili dan Muse keduanya ditetapkan sebagai zona perdagangan khusus sangat penting bagi rute perdagangan sepanjang 1.700 km yang didanai Beijing, yang dikenal sebagai Koridor Ekonomi China-Myanmar. Rute tersebut juga mendukung investasi Tiongkok dalam energi, infrastruktur, dan penambangan yang penting untuk pembuatan kendaraan listrik.

Namun intinya adalah jalur kereta api yang akan menghubungkan Kunming ibu kota provinsi Yunnan ke Kyaukphyu, pelabuhan laut dalam yang dibangun China di pantai barat Myanmar.

Pelabuhan yang terletak di sepanjang Teluk Benggala ini akan memberikan akses bagi industri di Ruili dan sekitarnya ke Samudra Hindia dan pasar global. Pelabuhan ini juga merupakan titik awal untuk jaringan pipa minyak dan gas yang akan menyalurkan energi melalui Myanmar ke Yunnan.

Keadaan sulit itu terlihat jelas di Ruili dengan banyaknya toko yang tutup. Kota yang dulunya diuntungkan oleh lokasinya di sepanjang perbatasan kini merasakan dampak dari kedekatannya dengan Myanmar. Dilanda beberapa karantina wilayah paling ketat di China, bisnis di sini kembali terpukul ketika lalu lintas dan perdagangan lintas batas tak kunjung pulih.

Mereka juga bergantung pada tenaga kerja dari pihak lain, yang telah berhenti, menurut beberapa agen yang membantu pekerja Burma mencari pekerjaan. Mereka mengatakan China telah memperketat pembatasannya dalam mempekerjakan pekerja dari seberang perbatasan, dan telah memulangkan ratusan orang yang disebut bekerja secara ilegal.

Pemilik sebuah pabrik kecil, yang enggan disebutkan namanya,  bahwa deportasi tersebut berarti “bisnisnya berhenti dan tidak ada yang dapat saya ubah”.

Alun-alun di sebelah pos pemeriksaan penuh dengan pekerja muda termasuk ibu-ibu dengan bayi mereka yang menunggu di tempat teduh. Mereka menata dokumen untuk memastikan mereka memiliki apa yang mereka butuhkan untuk mendapatkan pekerjaan.

Mereka yang berhasil diberi izin yang memungkinkan mereka bekerja hingga sepekan atau datang dan pergi antara kedua negara, seperti Li.

“Saya berharap beberapa orang baik dapat memberi tahu semua pihak untuk berhenti berperang,” kata Li.

“Jika tidak ada seorang pun di dunia yang berbicara demi kami, itu sungguh tragis.”

Ia mengatakan bahwa ia sering diyakinkan oleh orang-orang di sekitarnya bahwa pertempuran tidak akan terjadi di dekat China. Namun, ia tidak yakin: "Tidak seorang pun dapat memprediksi masa depan."

Untuk saat ini, Ruili adalah pilihan yang lebih aman baginya dan Zin Aung. Mereka memahami bahwa masa depan mereka ada di tangan orang China.

Orang-orang China di perbatasan, menyadari betul hal ini.

“Negara Anda sedang berperang,” kata seorang turis China kepada seorang penjual batu giok Myanmar yang sedang menawar di pasar.

“Ambil saja apa yang saya berikan.”

<123>

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Apakah Indonesia Menuju Indonesia Emas atau Cemas? Dengan program pendidikan rakyat seperti sekarang.