Tampang

Konflik di Myanmar Yang Menghalangi Proyek Ambisius China

29 Sep 2024 20:09 wib. 127
0 0
Konflik di Myanmar Yang Menghalangi Proyek Ambisius China
Sumber foto: Google

Satu desa, dua negara dulunya adalah slogan untuk Yinjing, yang terletak di tepi barat daya China. Sebuah marka lama tampak membanggakan perbatasan China dengan Myanmar yang hanya terbuat dari "pagar bambu, parit dan punggung bukit" sebuah tanda hubungan ekonomi yang ingin dibangun Beijing dengan tetangganya.

Kini perbatasan itu ditandai oleh pagar besi tinggi yang membentang melintasi wilayah Ruili di provinsi Yunnan. Di beberapa tempat, pagar itu dikelilingi kawat berduri dan kamera pengawas, membelah sawah dan jalan-jalan yang dulunya saling terhubung. Lockdown ketat yang diberlakukan di China selama pandemi Covid-19 pada awalnya memaksa perpisahan perbatasan yang sebelumnya hanya dibatasi pagar bambu tersebut.

Namun, pemisahan tersebut kemudian diperparah oleh perang saudara yang tak berkesudahan di Myanmar yang dipicu kudeta berdarah pada 2021 silam. Rezim militer kini berjuang untuk menguasai sebagian besar wilayah negara tersebut, termasuk Negara Bagian Shan di sepanjang perbatasan Myanmar dan China tempat rezim tersebut mengalami beberapa kekalahan terbesar.

Krisis yang terjadi di depan pintunya di perbatasan sepanjang 2.000 km merugikan China, yang telah menginvestasikan jutaan dolar di Myanmar untuk koridor perdagangan penting. Rencana ambisius ini bertujuan untuk menghubungkan wilayah barat daya China yang terkurung daratan dengan Samudra Hindia melalui Myanmar.

Namun, koridor tersebut kini menjadi medan pertempuran antara pemberontak Myanmar dan militer negara tersebut. Beijing memiliki pengaruh terhadap kedua belah pihak, tetapi gencatan senjata yang ditengahinya pada bulan Januari gagal. China kini beralih ke latihan militer di sepanjang perbatasan.

Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, adalah diplomat terakhir yang mengunjungi ibu kota Myanmar, Nay Pyi Taw, dan diduga telah menyampaikan peringatan kepada penguasa negara itu, Min Aung Hlaing.

Konflik bukanlah hal baru bagi Negara Bagian Shan yang miskin. Negara bagian terbesar di Myanmar ini merupakan pemasok utama opium dan metamfetamin dunia, dan merupakan rumah bagi pasukan etnis yang telah lama menentang pemerintahan terpusat.

Namun zona ekonomi dinamis yang diciptakan oleh investasi China berhasil berkembang hingga perang saudara terjadi.

Sebuah pengeras suara kini memperingatkan warga Ruili agar tidak terlalu dekat dengan pagar perbatasan tetapi hal itu tidak menghentikan seorang turis China untuk menjulurkan lengannya di antara jeruji gerbang untuk mengambil swafoto.

Dua gadis berkaus oblong Disney berteriak melalui jeruji “hei kakek, halo, lihat ke sini!" sambil menjilati sendok es krim berwarna merah muda.

Pria tua yang berjalan tanpa alas kaki di sisi lain hampir tidak menoleh sebelum berbalik.

Tempat perlindungan di Ruili, “Orang Burma hidup seperti anjing,” kata Li Mianzhen.

Kiosnya menjual makanan dan minuman dari Myanmar seperti teh susu di sebuah pasar kecil yang hanya beberapa langkah dari pos pemeriksaan perbatasan di kota Ruili.

Li, yang berusia sekitar 60-an tahun, biasa menjual pakaian buatan China di seberang perbatasan di Muse, sumber utama perdagangan dengan China. Namun, ia mengatakan hampir tidak ada seorang pun di kotanya yang punya cukup uang lagi.

Junta militer Myanmar masih menguasai kota tersebut, salah satu tempat persembunyian terakhirnya di Negara Bagian Shan. Namun, pasukan pemberontak telah merebut perlintasan perbatasan lainnya dan zona perdagangan utama di jalan menuju Muse.

Li mengatakan situasi ini telah membuat banyak orang putus asa. Ia tahu beberapa orang telah menyeberangi perbatasan untuk mendapatkan upah sebesar 10 yuan (sekitar Rp21.500) supaya mereka bisa kembali ke Myanmar dan "memberi makan keluarga mereka".

<123>

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Apakah Indonesia Menuju Indonesia Emas atau Cemas? Dengan program pendidikan rakyat seperti sekarang.