Untuk mengembangkan bisnisnya, Hari terinspirasi oleh konsep toko ritel Jepang, Sogo Department Store, yang menjual beragam produk pakaian dengan harga terjangkau. Dengan meniru strategi Sogo, Matahari pun berhasil mendapatkan banyak pengunjung dan berkembang pesat sepanjang tahun 1970-1980. Kemudian, Matahari mulai menawarkan berbagai produk seperti perhiasan, tas, sepatu, kosmetik, peralatan elektronik, mainan, alat tulis, buku, dan lainnya. Kesuksesan ini memungkinkan Hari untuk membuka gerai baru di berbagai kota di Indonesia dan bahkan melantai di bursa saham pada tahun 1989 dengan kode emiten LPPF.
Meskipun Matahari telah mencapai keberhasilan yang luar biasa, Hari tidak puas. Dia bermimpi menjadikan Matahari sebagai pusat bisnis ritel penting di Indonesia dengan ambisinya untuk membangun 1.000 gerai Matahari. Pada saat yang sama, keinginan tersebut didengar oleh James Riady, seorang bankir muda dan anak dari pendiri Lippo Group, Mochtar Riady.
James Riady akhirnya memberikan dana pinjaman sebesar Rp 1,6 Triliun kepada Hari. Namun, tidak lama setelah pinjaman itu cair, James Riady membawa merek retail ternama asal Amerika Serikat, yaitu WalMart, ke Indonesia. WalMart didirikan tepat di depan Matahari, menciptakan persaingan yang sengit antara keduanya.