Ia menjelaskan, banyak negara yang sudah lebih dulu menerapkan sistem wajib militer seperti Korea Selatan dan Singapura. Menurutnya, sistem itu efektif dalam membentuk karakter bela negara serta kesiapan pertahanan nasional yang kokoh.
Frega juga menekankan bahwa wajib militer bukan semata soal latihan fisik atau perang, melainkan pembinaan mental, kedisiplinan, keterampilan, serta pemahaman bela negara yang merata di kalangan masyarakat.
“Kalau sistem ini diterapkan, tentu tidak hanya berdampak pada pertahanan, tapi juga pada karakter generasi muda yang lebih tangguh dan disiplin,” tambahnya.
Namun, Frega menegaskan bahwa semua ini sangat tergantung pada kemampuan negara dalam hal anggaran dan infrastruktur. Mengelola program wajib militer secara nasional membutuhkan investasi besar, termasuk dalam hal pelatihan, logistik, fasilitas kesehatan, dan pemantauan pasca-latihan.
“Ini bukan program murah. Jika tidak dipersiapkan dengan matang, justru bisa membebani negara,” kata Frega.