Kepala Sub Kelompok Kerja Pengembangan Data BRGM memaparkan data terbaru mengenai peran lahan gambut dalam menyerap karbon, yang menarik perhatian para pakar lingkungan di Indonesia. Kebakaran hutan telah menyumbangkan emisi karbon paling tinggi di Indonesia, dengan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa jumlah emisi karbon akibat kebakaran hutan mencapai 924.853 Gigaton CO2 ekuivalen. Di tengah situasi ini, lahan gambut memainkan peran penting karena dapat menyerap karbon hingga 20 kali lebih banyak daripada hutan biasa.
Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) menjadi pusat perhatian dalam pengembangan solusi untuk memanfaatkan potensi lahan gambut agar lebih efektif dalam menyerap karbon. Dalam upaya ini, Kepala Sub Kelompok Kerja Pengembangan Data BRGM, bersama dengan timnya, terus melakukan penelitian dan pengembangan yang mendalam untuk memahami peran lahan gambut dalam menyimpan karbon.
Lahan gambut, yang tersebar luas di berbagai wilayah Indonesia, memiliki karakteristik khusus yang membuatnya mampu menyerap karbon dalam jumlah yang signifikan. Kandungan organik dalam gambut yang tinggi, serta kondisi hidrologis yang unik, memberikan lahan gambut kemampuan untuk menjaga karbon dalam jangka waktu yang panjang. Selain itu, lahan gambut juga memiliki potensi untuk dikelola secara berkelanjutan sebagai sumber pendapatan masyarakat, sehingga dapat memberikan manfaat ganda sebagai penyerap karbon dan pendorong pembangunan ekonomi lokal.