Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan memperkirakan ada tambahan sampah sebanyak 4.143 ton setiap hari selama dua pekan saat masa mudik. Hal ini menjadi perhatian serius karena meningkatnya jumlah sampah plastik yang dihasilkan selama musim mudik berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Studi terbaru juga mengungkapkan ancaman mikroplastik, menyebutkan bahwa sampah tidak hanya mengotori daratan, tetapi juga lautan.
Sampah plastik hasil mudik merupakan masalah serius yang perlu segera ditangani. Banyak orang yang bepergian jauh untuk merayakan lebaran atau berkumpul dengan keluarga di kampung halaman, namun seringkali meninggalkan jejak sampah plastik di sepanjang perjalanan. Botol minuman plastik, kemasan makanan, serta peralatan plastik sekali pakai menjadi sampah utama yang dihasilkan selama musim mudik. Kondisi ini semakin diperparah dengan minimnya fasilitas pengelolaan sampah di sepanjang jalur mudik.
Dampak dari peningkatan sampah plastik hasil mudik ini sangat beragam. Mulai dari pencemaran visual, gangguan pada ekosistem, hingga terbentuknya mikroplastik yang berpotensi merusak lingkungan lebih lanjut. Mikroplastik adalah pecahan kecil plastik yang sulit terurai dan seringkali berakhir di laut. Studi terbaru menyebutkan bahwa mikroplastik dapat terbentuk dari degradasi sampah plastik yang terus terpecah menjadi bagian yang semakin kecil seiring berjalannya waktu. Hal ini dapat berdampak negatif pada hewan laut dan juga pada manusia melalui rantai makanan.