Mencintai dan Membenci Brutalisme
Membangun kembali identitas kolektif menjadi perhatian utama bagi negara yang baru memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet pada tahun 1991. Di Uzbekistan, di mana 60% penduduknya berusia di bawah 30 tahun, tidak semua orang menyukai sisa-sisa masa lalu Soviet.
Kaum muda Uzbekistan sering memilih tinggal di apartemen bergaya Barat dan menganggap menara kaca dan baja di distrik bisnis internasional, termasuk Tashkent City Mall yang luas, sebagai simbol kebanggaan. Namun, modernitas yang seragam ini terkadang bertentangan dengan agenda para pelestari warisan.
Pembongkaran bioskop ikonik Dom Kino pada tahun 2017 untuk pembangunan taman bisnis, misalnya, memicu aksi para pendukung warisan budaya. Dalam tiga tahun terakhir, ACDF telah mengadakan 10 pameran di 10 negara, termasuk di Museum Louvre Paris dan Triennale Milan.
- Laboratorium Arsitektur Berkelanjutan
Di tengah ledakan konstruksi saat ini, Uzbekistan sekali lagi menjadi magnet untuk ide-ide bangunan progresif, seperti pada 1960-an dan 1970-an. Namun, kali ini, isu yang paling penting adalah keberlanjutan.
Wael Al Awar, arsitek Lebanon yang menjadi kurator Biennale Bukhara perdana Uzbekistan, mengatakan bahwa kota-kota kuno di negara ini penuh dengan solusi hijau. Menurutnya, bangunan Uzbekistan dirancang oleh komunitas lokal yang memahami iklim dan lingkungan sekitar.
Sebagian besar bangunan kuno di Uzbekistan secara alami hemat energi. “Bangunan-bangunan ini nyaman di musim panas dan hangat di musim dingin karena pilihan material konstruksi dan sirkulasi udara yang baik,” kata Takhmina Turdialieva, salah satu pendiri kolektif Tatalab di Tashkent.