Media sosial kini menjadi bagian integral dalam kehidupan sehari-hari masyarakat modern. Berbagai platform seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan lainnya telah menyatu dalam dinamika kehidupan manusia. Tak dapat dipungkiri bahwa media sosial memberikan kemudahan dalam berinteraksi, berbagi cerita, dan mendapatkan informasi. Namun, di balik keindahan yang ditampilkan, kehidupan di media sosial tidak selalu seindah yang tampak. Ada banyak alasan menyedihkan di balik posting-posting ceria yang seringkali dipamerkan oleh pengguna.
Salah satu alasan utama adalah bahwa pengguna media sosial cenderung menampilkan sisi terbaik dari kehidupan mereka. Mereka memilih dengan sengaja untuk membagikan momen-momen indah, pencapaian, dan kebahagiaan, meninggalkan sisi gelap atau pahit di balik layar. Dengan demikian, seringkali kita hanya melihat "kesempurnaan" dari kehidupan seseorang, tanpa menyadari perjuangan dan kegagalan yang mungkin juga mereka alami. Hal ini dapat menciptakan persepsi yang salah bahwa kehidupan di media sosial selalu menyenangkan dan tanpa masalah.
Selain itu, adanya tekanan sosial untuk tampil sempurna juga turut mempengaruhi cara orang bersikap di media sosial. Orang cenderung merasa perlu untuk terlihat sukses, bahagia, dan menarik di platform-platform tersebut. Mereka mungkin merasa bahwa jika mereka tidak dapat menunjukkan "kebahagiaan" mereka, maka mereka dianggap gagal atau kurang sukses oleh orang lain. Hal ini tidak hanya menciptakan tekanan psikologis yang besar, tetapi juga mengaburkan realitas bahwa kehidupan sebenarnya penuh dengan up and down, suka dan duka.