Reaksi Turis dan Pelaku Usaha
Usulan ini langsung memantik kontroversi. Beberapa turis menyatakan kekhawatiran soal pembatasan kebebasan, sementara pelaku usaha pariwisata di Bali, Lombok, dan Labuan Bajo khawatir hal ini bisa mengganggu pasar wisata internasional.
“Kalau mereka mau bikin wisata khusus untuk wisatawan Muslim, silakan. Tapi jangan samakan semua destinasi dengan aturan yang sama,” kata pemilik vila di Ubud.
Kompromi atau Ketegangan?
Pemerintah menekankan bahwa wisata halal tidak akan menggantikan pariwisata konvensional, melainkan menjadi segmen baru yang potensial. Tapi jika narasi yang muncul adalah soal “melarang bikini dan mengharuskan baju taqwa,” maka bisa jadi miskomunikasi malah merugikan citra pariwisata nasional.
“Kami bukan melarang, kami mengarahkan pada destinasi yang sesuai. Ada tempat yang bisa lebih longgar, ada yang lebih ketat,” ujar staf Kemenparekraf.