Candi Borobudur adalah salah satu warisan budaya yang paling berharga di Indonesia dan dunia. Terletak di Magelang, Jawa Tengah, candi ini bukan hanya merupakan tempat wisata yang populer, tetapi juga merupakan monumen sejarah yang sarat makna dan keindahan arsitektur yang memukau. Artikel ini akan membahas sejarah Candi Borobudur, detail arsitekturnya yang luar biasa, dan mengapa tempat ini menjadi destinasi wisata yang harus dikunjungi.
Sejarah Candi Borobudur
Candi Borobudur dibangun pada abad ke-8 dan ke-9 Masehi oleh dinasti Syailendra, yang memerintah di Jawa Tengah. Candi ini merupakan candi Buddha terbesar di dunia dan dirancang sebagai tempat ibadah dan ziarah. Nama Borobudur berasal dari "Bara" yang berarti kompleks biara dan "Budur" yang berarti di atas bukit. Selama berabad-abad, candi ini terlupakan dan tertutup oleh abu vulkanik dari letusan Gunung Merapi serta tertutup oleh tumbuhan.
Candi Borobudur ditemukan kembali pada tahun 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, seorang gubernur Inggris di Jawa, yang kemudian memerintahkan penggalian dan pemugaran candi ini. Pemugaran besar-besaran pertama dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda pada awal abad ke-20, dan dilanjutkan dengan pemugaran yang lebih komprehensif oleh pemerintah Indonesia dengan bantuan UNESCO pada tahun 1970-an. Pada tahun 1991, Candi Borobudur diakui sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO.
Arsitektur Candi Borobudur
Arsitektur Candi Borobudur adalah salah satu keajaiban dunia yang menunjukkan kemajuan teknologi dan seni pada masa lalu. Candi ini terdiri dari sembilan tingkat, dengan enam tingkat berbentuk bujur sangkar dan tiga tingkat di atasnya berbentuk lingkaran. Di puncak candi terdapat stupa utama yang besar, yang dikelilingi oleh 72 stupa berlubang, masing-masing berisi patung Buddha.
