Uber, salah satu raksasa transportasi online dunia, sempat mencoba peruntungannya di Indonesia sebelum akhirnya hengkang pada 2018. Bisnisnya di Asia Tenggara pun dijual ke Grab. Setelah itu, Uber lebih berfokus pada ekspansi di berbagai belahan dunia lainnya, termasuk India, dengan berbagai strategi untuk tetap bersaing di industri transportasi online.
Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, Uber terus melakukan penyesuaian terhadap model bisnisnya. Salah satu langkah terbarunya adalah menghentikan pemotongan biaya komisi bagi driver online. Perubahan ini ditujukan secara khusus untuk moda transportasi roda tiga, yang di Indonesia dikenal sebagai bajaj.
Menurut laporan Tech Crunch yang dikutip pada Kamis (20/2/2025), perubahan ini merupakan respons Uber terhadap meningkatnya persaingan dengan layanan transportasi lokal seperti Rapido dan Namma Yatri di India. Sebelumnya, Uber menerapkan sistem potongan komisi yang berkisar antara 25-40% dari setiap perjalanan, namun kini mereka memilih skema baru agar lebih kompetitif di pasar.
Bagaimana Skema Baru Uber Bekerja?
Alih-alih mengambil komisi dari pendapatan driver, Uber kini menerapkan sistem setoran harian bagi pengemudi yang ingin menggunakan platformnya dan mendapatkan penumpang. Dengan cara ini, Uber berharap dapat meningkatkan daya saing dan menarik lebih banyak pengemudi untuk bergabung, sehingga pada akhirnya berkontribusi terhadap pertumbuhan pendapatan perusahaan di India.
Layanan bajaj Uber pertama kali diperkenalkan di India pada 2015. Namun, sempat dihentikan sebelum akhirnya kembali beroperasi pada 2018. Keputusan Uber untuk menghapus komisi pada layanan bajaj tidak hanya diterapkan di India, tetapi juga di Bangladesh dan beberapa negara Asia lainnya. Di wilayah-wilayah tersebut, Uber memperkenalkan skema langganan (subscription) bagi pengemudi bajaj dan sepeda otomatis.